Tautan-tautan Akses

Media Arab Kecam Rencana Irak Bangun Tembok Kota Syiah


Warga Syiah Irak melakukan perayaan Ashura di Karbala, kota suci kaum Syiah (foto: dok). Warga Syiah Irak sering menjadi sasaran serangan teror bom bunuh diri oleh kelompok radikal Sunni.
Warga Syiah Irak melakukan perayaan Ashura di Karbala, kota suci kaum Syiah (foto: dok). Warga Syiah Irak sering menjadi sasaran serangan teror bom bunuh diri oleh kelompok radikal Sunni.

Pemerintah Irak yang didominasi kaum Syiah dan pejabat-pejabat di Karbala, kota suci kaum Syiah, sedang membangun tembok guna memisahkan kota mereka dari provinsi Anbar yang didominasi Sunni di sebelahnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemimpin Sunni Irak mengecam proyek serupa oleh pemerintah untuk membangun dinding di sekitar ibukota, Baghdad.

Alat-alat berat menggali parit dan menumpuk batu ke penghalang darurat di sekitar ibukota Irak, Baghdad. Proyek itu digambarkan oleh pemimpin politik Sunni sebagai tembok untuk mengepung kota itu.

Media Arab melaporkan, proyek serupa telah dimulai di sekitar kota suci Syiah Karbala, guna memisahkan mereka dari provinsi Anbar, yang dihuni kaum Sunni.

Kepada koran al-Hayat milik Arab Saudi, wakil gubernur provinsi Karbala Jassem Fetlawi mengatakan pihak berwenang setempat telah "mulai menggali parit sepanjang 40 kilometer di perbatasan pemerintahan dengan provinsi Anbar guna mencegah teroris masuk Karbala."

Kepada media Irak, tokoh Sunni terkemuka Salah al-Mutlaq, yang mewakili provinsi Anbar dalam parlemen, mengatakan pembangunan tembok di sekeliling kota-kota Irak tidak akan menghentikan terorisme:

Ia mengatakan, gagasan membangun tembok atau penghalang di sekeliling kota adalah kesalahan, karena kejahatan dan terorisme tidak mengenal batas. Menurutnya, terorisme bersembunyi di banyak sudut masyarakat.

Tetapi tokoh Syiah terkemuka dan mantan jurubicara kementerian pertahanan Jenderal Abdel Karim Khalaf menegaskan rencana pemerintah itu diperlukan. Ia mengatakan kegagalan mencegah ISIS masuk ke kota-kota Irak akan memungkinkan kelompok itu bebas melancarkan serangan di dalam kota-kota itu.

Direktur Fares Center di Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Nadim Shehadi, kepada VOA mengatakan berdasar sejarah, kota-kota di Arab memiliki tembok.

"Membangun tembok sekarang ini adalah strategi yang salah. Strategi itu mungkin berhasil pada abad pertengahan, tetapi kini orang harus mengupayakan cara hidup bersama dan tidak saling menjadi ancaman. Kalau terjadi serangan rudal dan serangan pesawat, tembok tidak akan melindungi kita. Formula untuk hidup berdampingan akan melindungi semua orang," ujar Shehadi.

Pejabat-pejabat Irak mengatakan proyek membangun tembok di sekeliling Karbala akan menelan biaya 13 juta dolar. Kamera-kamera keamanan dan menara pengawas juga akan dibangun. [ka/jm]

XS
SM
MD
LG