Tautan-tautan Akses

2 Senator AS Inginkan Pasukan Multinasional untuk Hadapi ISIS


Senator AS Lindsey Graham (kiri) dan Senator AS John McCain (Foto: dok).
Senator AS Lindsey Graham (kiri) dan Senator AS John McCain (Foto: dok).

Pengamat mengatakan tanpa memahami lebih dulu penyebab-penyebab yang membuat ISIS bangkit, pasukan multinasional hanya merumitkan masalah jika kehadirannya justru memperkuat propaganda ISIS bahwa Muslim diserang oleh Barat.

Senator John McCain dan Lindsey Graham, keduanya dari fraksi Republik, hari Minggu (29/11) dari Baghdad mengatakan kepada televisi CBS bahwa Amerika harus ambil bagian dalam pasukan multinasional yang menurut McCain, ketua Komite Angkatan Bersenjata Senat, akan memiliki dua sasaran penting.

"Pertama, jelas untuk menyingkirkan ISIS. Tetapi pada saat bersamaan, untuk mendirikan zona larangan terbang yang memberi pesan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad bahwa ia dapat menghentikan serangan bom barel dan pembantaian kaum lelaki, perempuan dan anak-anak yang tak berdosa dan membuat jutaan orang menjadi pengungsi, yang kita coba tanggulangi sekarang ini," kata John McCain.

Graham, juga anggota Komite Angkatan Bersenjata Senat, ditanya apakah rakyat Amerika siap bagi komitmen lain Amerika di lapangan menyusul konflik di Irak dan Afghanistan.

"Sebaiknya mereka siap, karena jika kita tidak menghancurkan ISIS di Suriah yang merupakan markas besar kelompok itu, kita akan diserang di dalam negeri. Jadi, kawasan itu siap untuk berjuang. Kawasan tersebut membenci ISIS. Mereka negara-negara Arab Sunni dan Turki juga membenci ISIS," kata Graham.

"Seluruh kawasan menginginkan Assad pergi. Jadi, ada peluang di sini dengan kepemimpinan Amerika untuk melakukan dua hal, yakni menghancurkan ISIS sebelum kita diserang di dalam negeri dan juga untuk menyingkirkan Assad, dan saya tidak berlebihan menekankan mengenai pengaruh Iran. Kami telah satu setengah hari di sini. Iran ada di seluruh bagian Irak. Mereka telah mengisi kekosongan yang terbentuk sewaktu kita meninggalkan Irak dan kawasan sangat khawatir mengenai dominasi Iran serta ISIS," lanjutnya.

McCain dan Graham mengemukakan pasukan yang diperlukan mungkin harus berkekuatan hingga 100 ribu tentara. Tetapi Graham menyatakan pasukan itu sebagian besar akan terdiri dari tentara regional.

"Pasukan yang John dan saya sebutkan adalah yang 10 persennya akan berasal dari negara-negara Barat. Pasukan yang kami bicarakan ini akan berasal dari militer di kawasan. Ada militer yang besar di kawasan. Arab Saudi, Mesir, Turki, mereka memiliki militer regional. Mereka akan terjun dalam pertempuran jika ada kaitannya dengan Assad. Jadi, sebagian besar pertempuran akan dilakukan oleh militer kawasan," imbuh Graham.

Graham mengatakan sekitar 3.500 tentara Amerika di Irak tidak memadai untuk menyerang ISIS dalam waktu dekat.

Sementara itu McCain mengatakan ia yakin Ramadi, ibukota provinsi Anbar di Irak, yang kini dikuasai ISIS, akan segera direbut kembali.

"Tetapi ini hanya pada awalnya. Ada Fallujah, Mosul dan lain-lainnya. Kita memerlukan kehadiran pasukan dalam jumlah lebih banyak dan Bashar al-Assad adalah penyebab utama munculnya pengungsi yang kini membanjiri Eropa dan ia menyebabkan kekhawatiran di Amerika Serikat. Zona larangan terbang akan memberi perlindungan bagi setidaknya sebagian pengungsi itu," kata McCain.

Cendekiawan Middle East Institute Zubair Iqbal melihat hambatan dalam membentuk pasukan multinasional semacam itu.

"Bagaimana kita mengerahkan pasukan sebesar itu di kawasan yang sebagian besar tidak memiliki kebijakan yang terpadu, itu yang pertama. Yang kedua, negara-negara itu memiliki kepentingan sendiri yang sangat sempit, dan mereka tidak akan mampu berkolaborasi dan pertanyaannya selalu adalah siapa yang akan memimpin pasukan ini," kaya Zubair Iqbal.

"Isu ke-dua, yang benar-benar penting, apa yang akan dilakukan setelah mengalahkan ISIS? Apakah kita punya strategi, suatu program di mana ketenteraman akan dipulihkan dan pasukan-pasukan yang membuat ISIS bangkit akan lenyap atau bagaimana? Jadi inilah isu-isu pentingnya," imbuhnya.

Iqbal mengatakan, tanpa memahami lebih dulu penyebab-penyebab yang membuat ISIS bangkit, pasukan multinasional semacam itu hanya membuat masalah semakin rumit jika kehadirannya justru memperkuat propaganda ISIS bahwa Muslim diserang oleh Barat.

Sementara itu, pakar kebijakan luar negeri dari Brookings Institution Robert Kagan, akhir pekan lalu menulis di The Wall Street Journal. Ia memperingatkan bahwa ISIS tidak terbatas di Timur Tengah. Ia mengatakan serangan-serangan 13 November di Paris telah membuktikan bahwa ISIS dapat bertahan dan mampu melakukan serangan.

Menurutnya, ISIS mengancam keterpaduan Eropa dan komunitas trans-Atlantik. Kagan mengatakan pasukan Amerika akan perlu membangun zona aman di Suriah sambil mendukung pasukan lokal dalam menghadapi ISIS. Ia berharap pasukan Amerika itu dapat digantikan oleh pasukan Eropa, Turki dan negara-negara Arab lainnya. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG