Tautan-tautan Akses

Dua Siswa SMA Bali Buat Plastik Ramah Lingkungan dari Ketela Pohon


Plastik dari pati ketela pohon yang diciptakan oleh dua siswa SMA Bali.
Plastik dari pati ketela pohon yang diciptakan oleh dua siswa SMA Bali.

Keunggulan plastik dari pati ketela pohon ini selain mudah terurai, juga bisa dimakan.

Dua orang siswa SMU Negeri 3 Denpasar berhasil membuat plastik dari bahan ketela pohon. Kedua siswa tersebut adalah Anak Agung Sagung Suryawati dan Ni Wayan Primayanti. Pembuatan plastik biodegradable (mudah terurai) dilakukan dengan cara memanfaatkan zat pati yang terdapat dalam ketela pohon atau singkong. Keinginan kedua siswi untuk membuat plastik berbahan singkong ini berawal dari kekhawatiran akan dampak sampah plastik terhadap kelestarian lingkungan. Selain itu, ketela pohon yang dijadikan bahan plastik biodegradable juga cukup mudah ditemui di wilayah Indonesia.

Anak Agung Sagung Suryawati pada keteranganya di Denpasar pada Kamis sore menyatakan, secara kualitas plastik biodegradable yang terbuat dari pati ketela pohon tidak jauh berbeda dengan plastik yang umumnya dibuat dari minyak bumi. Menurutnya, plastik yang terbuat dari pati ketela pohon, selain mudah terurai juga mempunyai keunggulan lain yaitu bisa dimakan.

Anak Agung Sagung Suryawati dan Ni Wayan Primayanti, sang pencipta plastik biodegradable.
Anak Agung Sagung Suryawati dan Ni Wayan Primayanti, sang pencipta plastik biodegradable.

“Dari biodegradable saja kita sudah pikirkan pasti bisa diuraikan. Selain bisa diuraikan yang kedua baru bisa dimakan. Karena setelah dilakukan uji karakteristik, uji kelarutan dalam air, kelarutannya juga tinggi, jadi saya rasa tidak berdampak buruk pada kesehatan,” jelas Anak Agung Sagung Suryawati

Penemuan ini sejalan dengan target pemerintah provinsi Bali untuk membuat Bali bebas sampah plastik pada tahun 2015. Bahkan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mempertimbangkan untuk memberikan dana modal awal bagi seluruh sekolah dasar (SD) di Bali untuk membeli sampah plastik dari para siswanya. Nantinya setiap siswa akan diwajibkan untuk membawa sampah plastik ke sekolah dan dibeli oleh sekolah dengan harga 2.000 rupiah perkilo. Menurut Pastika, pemberian modal awal ke sekolah-sekolah juga bertujuan untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan pada siswa.

“Anak-anak itu dilatih berusaha dari kecil, ini juga dalam upaya mewujudkan jiwa enterprener. Anak-anak kalau dibeli sampah plastiknya 2000 rupiah perkilo dia akan mempunyai uang jajan,“ ungkap Made Mangku Pastika.

Pastika menambahkan, target Bali bebas sampah plastik merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan Bali sebagai green province atau provinsi yang ramah lingkungan.

XS
SM
MD
LG