Tautan-tautan Akses

Inggris, Perancis, Jerman Dorong Dibuatnya Mekanisme Penyelesaian Sengketa dengan Iran


Inggris, Prancis, dan Jerman mendorong mekanisme penyelesaian sengketa yang merupakan bagian dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran. (Foto: VOA)
Inggris, Prancis, dan Jerman mendorong mekanisme penyelesaian sengketa yang merupakan bagian dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran. (Foto: VOA)

Inggris, Prancis, dan Jerman -dikenal sebagai EU3- telah mendorong dibuatnya mekanisme penyelesaian sengketa. Hal ini merupakan bagian dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran yang memaksa negara itu agar bersedia berdiskusi untuk menyelamatkan kesepakatan Rencana Komprehensif Aksi Bersama (JCPOA).

Tiga penandatangan Eropa untuk perjanjian dengan Iran itu diumumkan, Selasa (14/1). Disebutkan mereka telah mengaktifkan mekanisme perselisihan sebagai tanggapan atas apa yang mereka klaim sebagai pelanggaran berulang kali yang dilakukan oleh Iran terhadap perjanjian nuklir 2015.

Inggris, Perancis, dan Jerman mengatakan kesepakatan itu tetap berlaku meskipun Amerika meninggalkannya, seperti yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.

“Bagi kami, sebagai Inggris Raya, kami kecewa bahwa Amerika menarik diri dari JCPOA pada Mei 2018, dan kami telah bekerja tanpa lelah dengan mitra-mitra internasional kami demi mempertahankan perjanjian itu. Kami telah menjunjung tinggi komitmen kami," kata Dominic Raab.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab terlihat di Downing Street di London, 6 Januari 2020. (Foto: Reuters)
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab terlihat di Downing Street di London, 6 Januari 2020. (Foto: Reuters)

Namun para pejabat Iran mengatakan para penandatangan Eropa telah menyerah pada tekanan Amerika untuk memaksakan pembatasan yang telah merugikan ekonomi Iran dan memaksa Teheran untuk menghidupkan kembali program nuklirnya.

Sementara itu, Heiko Maas, Menteri Luar Negeri Jerman menyatakan sikapnya.

“Iran telah berulang kali mengumumkan dalam beberapa minggu dan bulan terakhir bahwa negara itu tidak akan menepati komitmennya dan kemudian telah menindaklanjuti niat itu. Kami percaya ini merupakan situasi yang tidak bisa kami tinggalkan tanpa penyelesaian," kata Heiko Maas.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyebut langkah Eropa itu tidak membantu dan mengatakan Teheran akan menanggapi “dengan tegas, cepat dan tepat” untuk setiap tindakan yang tidak konstruktif.

Setelah mekanisme dicetuskan, Iran diberi waktu 15 hari untuk menyelesaikan perselisihan dengan tiga negara Eropa. Jika tidak, PBB dapat memberlakukan kembali sanksi internasional terhadap Iran yang dicabut setelah penandatanganan kesepakatan 2015.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, yang mengoordinasikan perjanjian itu atas nama tiga negara kuat Eropa itu, mengatakan tujuan dari langkah ketiga negara itu adalah menemukan solusi untuk mengembalikan Iran pada kepatuhan penuh dengan perjanjian tersebut, dan bukan untuk menjatuhkan sanksi.

“Posisi Uni Eropa jelas: tanpa kesepakatan ini, kita akan kehilangan unsur penting dari rancang bangun non-proliferasi internasional serta kontribusi penting bagi keamanan regional," kata Josep Borrell.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC bahwa jika JCPOA tidak dapat diselamatkan, kesepakatan lain harus dibuat.

“Yah, jika kita akan menyingkirkannya, mari kita ganti, dan mari kita ganti dengan kesepakatan Trump," kata Boris Johnson.

Trump menginginkan kesepakatan yang akan menghentikan program nuklir Iran dan akan mencakup komitmen Teheran untuk berhenti mendukung kelompok-kelompok teroris dan turut campur di kawasan itu. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG