Tautan-tautan Akses

Insiden Anti-Muslim di AS Melonjak di Tengah Perang Israel-Gaza


Salah satu plakat yang dibawa demonstran yang dilakukan Harvard Islamic Society di dekat kampus Universitas Harvard di Cambridge, Mass., 7 Maret 2017. (Foto: AP)
Salah satu plakat yang dibawa demonstran yang dilakukan Harvard Islamic Society di dekat kampus Universitas Harvard di Cambridge, Mass., 7 Maret 2017. (Foto: AP)

Keluhan mengenai isu diskriminasi dan kebencian anti-Muslim dan anti-Palestina di AS meningkat sekitar 180 persen dalam tiga bulan setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu dan serangan balasan Israel di Gaza, kata sebuah kelompok advokasi pada Senin (29/1).

Mengapa Hal Ini Penting?

Para aktivis hak asasi manusia (HAM) mencatat adanya peningkatan kasus Islamofobia dan bias anti-Palestina di AS dan negara lain sejak meletusnya perang di Timur Tengah tersebut. Di antara insiden di AS yang menimbulkan kekhawatiran adalah penembakan yang terjadi pada November, di mana tiga siswa keturunan Palestina ditembak di Vermont dan terjadinya penikaman fatal terhadap seorang anak Palestina-Amerika berusia 6 tahun di Illinois pada Oktober.

Angka

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengatakan pada Senin (29/1) bahwa mereka menerima 3.578 pengaduan selama tiga bulan terakhir 2023. Hal teresebut terjadi di tengah apa yang mereka sebut sebagai “gelombang kebencian anti-Muslim dan anti-Palestina yang sedang berlangsung.”

Angka tersebut meningkat sebesar 178 persen dari pengaduan pada periode yang sama dibandingkan tahun sebelumnya.

Pengaduan mengenai diskriminasi pekerjaan menempati urutan teratas dalam daftar tersebut dengan 662 pengaduan; kejahatan kebencian dan insiden kebencian dilaporkan sebanyak 472 kali; dan diskriminasi pendidikan sebanyak 448 kali, kata organisasi tersebut.

Pada awal bulan ini, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik mengatakan bahwa dalam tiga bulan setelah 7 Oktober, insiden antisemitisme di AS meningkat sebesar 360 persen, mencetak rekor baru dibandingkan tahun sebelumnya.

Keamanan AS

Pemerintah AS baru-baru ini mengeluarkan panduan keamanan untuk komunitas berbasis agama di tengah meningkatnya antisemitisme dan Islamofobia sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh Hamas yang menewaskan 1.200 orang, dan pembalasan militer Israel di Gaza. Kementerian kesehatan Gaza mengatakan Israel membunuh lebih dari 26.000 warga Palestina atau lebih dari 1 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza.

Departemen Kehakiman AS sedang memantau atas meningkatnya ancaman terhadap orang Yahudi dan Muslim di tengah konflik tersebut. Presiden Joe Biden mengutuk antisemitisme dan Islamofobia. [ah/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG