Tautan-tautan Akses

ISIS Bom Pasar di Baghdad, Setidaknya 62 Tewas


Warga melongok lokasi serangan bom di pasar Jameela di Sadr City di Baghdad, Irak, Kamis (13/8).
Warga melongok lokasi serangan bom di pasar Jameela di Sadr City di Baghdad, Irak, Kamis (13/8).

Pejabat Irak mengatakan sebuah bom truk mengoyak daerah pemukiman Syiah di Baghdad, Kamis, menewaskan setidaknya 62 orang di salah satu serangan bom terbesar dalam beberapa bulan terakhir.

Puluhan orang terluka ketika sebuah truk yang berisi bom diledakkan saat fajar di pasar Jameela yang penuh di Sadr City, menurut pejabat setempat.

Kelompok Negara Islam (ISIS) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kehancuran terlihat jelas di lokasi ledakan dengan potongan anggota tubuh, buah, sayur-sayuran dan reruntuhan kios-kios berserakan di lokasi ledakan di pasar, yang merupakan salah satu yang terbesar di Baghdad.

Ambulans-ambulans dan kendaraan pemadam kebakaran melarikan korban dari lokasi ledakan, sementara warga bergegas membawa korban luka-luka ke rumah sakit setempat dengan kendaraan mereka sendiri.

Ini merupakan serangan terbaru dari ISIS terhadap daerah yang didominasi oleh Syiah, yang dipandang menyimpang dari ajaran Islam oleh mayoritas Sunni.

Kelompok ekstremis Sunni merebut sejumlah daerah di Irak tahun 2014, memanfaatkan rasa frustrasi dari kaum Sunni terhadap pemerintahan negara ini yang didominasi oleh kaum Syiah.

Pemerintah, bersama dengan kelompok milisi Syiah, memerangi militan ISIS di sejumlah provinsi. Serangkaian serangan udara yang dipimpin oleh AS juga menargetkan para ektremis.

Kepala Staf Angkatan Darat AS Jenderal Ray Odierno mengatakan, Rabu (12/8), serangan yang telah berlangsung selama setahun telah mencatat sedikit kemajuan, tapi konflik yang berlangsung pada dasarnya telah menemui jalan buntu.

Odierno mengatakan Washington harus mempertimbangkan untuk menempatkan tentara AS dengan pasukan Irak jika pemerintah di Baghdad tidak mencapai kemajuan dalam memerangi ISIS dalam beberapa bulan ke depan.

"Menurut saya, ini adalah opsi yang harus diajukan kepada presiden saat waktunya tepat," ujar Odierno yang hampir usai masa jabatannya, pada konferensi pers terakhirnya di Pentagon.

Namun jenderal memperingatkan bahayanya terlalu bergantung pada pasukan militer Amerika untuk mengalahkan para militan, mengatakan AS tidak akan dapat memecahkan masalah politik dan perekonomian Irak.

"Kita mungkin masuk ke Irak dengan pasukan Amerika dan mengalahkan ISIL. Masalahnya, kita akan kembali ke tempat yang sama enam bulan kemudian," katanya, menggunakan akronim lain untuk menyebut kelompok tersebut.

Ketika ditanya apakah di masa depan ia melihat potensi rekonsiliasi antara populasi Syiah dan Sunni Irak, Odierno mengaku pesimis, mengatakan pemisahan negara ini antara bagian negara untuk Sunni dan Syiah adalah "sesuatu yang dapat terjadi."

"Ini mungkin solusi satu-satunya, tapi saya tidak siap untuk mengatakannya," katanya.

XS
SM
MD
LG