Tautan-tautan Akses

Nilai Tukar Rupiah Melemah, BI Hati-hati Lakukan Kebijakan Moneter


Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di komplek Istana Kepresidenan, 27 Agustus 2015 (Foto: VOA/Andylala)
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di komplek Istana Kepresidenan, 27 Agustus 2015 (Foto: VOA/Andylala)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk merespon kondisi saat ini, pada pekan depan.

Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika yang masih terjadi belakangan ini, sangat berpengaruh terhadap bisnis para pelaku usaha. Untuk itu pemerintah melalui Bank Indonesia memastikan, Bank Indonesia terus akan menerbitkan kebijakan moneter yang hati-hati dan konsisten.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo, Jumat (28/8) menjelaskan, selain menerbitkan kebijakan makro prudential, Bank Indonesia juga akan selalu berkomitmen untuk menstabilkan pasar valuta asing. Terlebih, untuk menjaga pemasukan cadangan devisa yang tinggi agar mampu berkontribusi bagi perekonomian nasional.

"Karena untuk meyakini walaupun makro ekonomi akan dijaga supaya tetap stabil tetapi pertumbuhan kredit harus bisa berjalan supaya pembiayaan bagi ekonomi Indonesia bisa efisien. Tetapi juga dijelaskan tentang implementasi bagaimana kebijakan untuk mengelola hutang luar negeri dari dunia usaha. Supaya bisa dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak ada kemudian resiko nilai tukar atau resiko likuiditas bisa menjadi ancaman bagi perusahaan," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo.

"Bank Indonesia juga menerbitkan kebijakan penggunaan transaksi rupiah di dalam negeri. Dan kami juga jelaskan bahwa satu kebijakan Bank Indonesia adalah untuk senantiasa menjaga stabilitas di pasar valuta asing untuk volateritas nya agar dalam batas yang sehat dengan tetap memperhatikan kecukupan cadangan devisa," jelasnya.

Bank Indonesia lanjut Agus Marto, Bank Indonesia mengapresiasi kerjasama antara lembaga-lembaga negara dengan pemerintah dan Bank Indonesia dapat berjalan dengan baik. Agus berharap, pada periode ini akan bisa dilewati dengan baik, karena menurut Agus, secara fundamental ekonomi Indonesia ada perbaikan.

"Dan fundamental utama yang kita soroti adalah inflasi. Bahwa tadinya inflasi delapan persen sudah bisa mengarah pada empat hingga lima persen. Kemudian transaksi berjalan yang tadinya defisit 4,2 persendari GDP, sekarang sudah di kisaran dua persen dari GDP. Kita juga lihat neraca perdagangan yang tahun lalu defisit, sekarang sudah bisa surplus," lanjut Agus Martowardoyo.

"Kita bicarakan ada perkembangan, tetapi memang tantangannya ekonomi dunia masih serba tidak pasti. Kita juga sudah bahas tahun 2016 konsesi porkkas meyakini bahwa ekonomi dunia di tahun 2016 akan lebih baik akan ada di kisaran 3,8 persen pertumbuhan, dan itu tinggi dibanding tahun 2015 yang ada di kisaran 3,3 persen," imbuhnya.

Agus Marto Wardojo menjelaskan, selain faktor sentimen global yang tentunya menekan perekonomian Indonesia, dari sisi domestik, belanja pemerintah menjadi penyokong utama pergerakan ekonomi Indonesia. Saat ini menurut Agus, penyerapan belanja pemerintah masih minim sehingga belum agresif mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika penyerapan belanja pemerintah maupun daerah bisa dipercepat dan didorong secara agresiflanjut Agus, pertumbuhan ekonomi akan lebih baik.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi untuk merespon kondisi saat ini, pada pekan depan.

"Bapak Presiden meminta satu paket kebijakan besar yang sudah harus selesai pada minggu depan. Ini menyangkut sektor riil, ini menyangkut keuangan. Ada yang menyangkut deregulasi, ada yang menyangkut kebijakan baru, dan tax holiday," kata Menko Perekonomian Darmin Nasution.

Darmin menambahkan paket kebijakan ekonomi yang akan diluncurkan pemerintah itu akan mencakup berbagai hal untuk menjawab permasalahan yang ada saat ini. Khususnya untuk memperlancar kegiatan ekonomi dan mendorong masuknya investasi.

Perekonomian Indonesia saat ini masih dalam tekanan. Selain pertumbuhan ekonomi yang masih melambat, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga masih melemah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan terakhir pekan ini Jum'at (28/8) dengan naik tipis 15 poin. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah di posisi Rp 13.999 per dolar Amerika Serikat, dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan Kamis (27/8) di posisi Rp 13.980 per dolar Amerika Serikat.

Recommended

XS
SM
MD
LG