Tautan-tautan Akses

Pemerintahan Trump Berharap Kim Tempuh Jalan Damai


Orang-orang menonton siaran berita TV yang menampilkan gambar Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump (kiri), di Stasiun Kereta Seoul, 31 Desember 2019.
Orang-orang menonton siaran berita TV yang menampilkan gambar Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump (kiri), di Stasiun Kereta Seoul, 31 Desember 2019.

Menanggapi pengumuman Kim Jong-un mengenai senjata strategis baru, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengungkapkan harapan bahwa pemimpin Korea Utara itu akan mengambil jalan lain. Seperti halnya Presiden Donald Trump, Pompeo mengatakan pembicaraan dengan Korea Utara telah mengendurkan ketegangan antara kedua negara yang telah berlangsung lama. Namun, wartawan VOA Zlatica Hoke melaporkan, Kim mengisyaratkan, ia tidak senang dengan status quo.

Berbicara kepada para pejabat Partai Komunis pada akhir tahun 2019, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengumumkan bahwa Pyongyang akan segera memperkenalkan senjata strategis barunya, dan kemungkinan mengakhiri moratorium uji nuklir yang tadinya ditetapkan berlangsung dua tahun.

Dalam wawancara dengan jaringan televisi Fox News, Pompeo menanggapi pengumuman Kim dengan mengatakan, ia berharap Kim mengambil keputusan yang tepat.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

"Kami berharap Ketua Kim mengambil jalan lain. Presiden Trump sewaktu mulai menjabat menghadapi ancaman perang dengan Korea Utara, sesuatu yang memprihatinkan rakyat Amerika. Trump mengambil jalan lain, jalan yang lebih baik bagi rakyat Korea Utara. Kami berharap presiden, atau Ketua Kim, mengambil keputusan yang tepat. Trump memilih perdamaian dan kemakmuran ketimbang konflik dan perang. Mudah-mudahan Kim tidak memilih yang sebaliknya,” kata Pompeo.

Sebelumnya, Presiden Trump menyampaikan tanggapan senada."Ia menandatangani kontrak. Ia menandatangani kesepakatan mengenai denuklirisasi. Itu ditandatangani. Itu disepakati di Singapura. Dan saya kira ia orang yang memegang janjinya. Jadi kita tunggu saja. Tapi saya kira, ia memegang teguh janjinya.”

Bukannya menyampaikan pesan tahun baru seperti biasanya, Kim malah menyampaikan sebuah laporan panjang lebar ke partainya pada pidato akhir tahunnya kali ini. Dengan laporan itu pada intinya, Kim mengatakan tidak ada alasan untuk mematuhi moratorium uji nuklir dan misil jarak jauh karena AS menolak untuk melonggarkan sanksi-sanksi ekonomi.

Banyak warga Korea Selatan frustasi dengan tidak adanya kemajuan pembicaraan antara Korea Utara dan AS menuju perdamaian yang permanen.

Kim Gun-soo, seorang warga Seoul mengatakan, "Saya kira tidak akan ada solusi karena baik Amerika Serikat maupaun Korea Utara sama-sama keras kepala dengan cara mereka masing-masing.”

Menurutnya juga, kedua pihak harus membuat konsesi, "Senjata nuklir adalah pilihan terakhir Korea Utara. Jika mereka tidak memilikinya, AS akan membiarkannya. Jadi itulah alasan mengapa mereka berusaha memiliki senjata nuklir, dan mengapa AS menekan Korea Utara dengan sanksi-sanksi ekonomi. Mereka harus meredakan ketegangan secara bertahap. Korea Utara harus menghentikan program senjata nuklirnya, AS harus mencabut sanksi-sanksi. Saya kira, kita harus mengusahakan perdamaian dengan cara ini.”

Trump menganggap meredakan ketegangan dengan Korea Utara sebagai salah satu prestasi pentingnya dalam kebijakan luar negeri. Namun perundingan dengan Pyongyang telah buntu sejak pertemuan Trump dan Kim Februari lalu di Hanoi, dan Kim telah memberi waktu Washington hingga akhir tahu lalu untuk melonggarkan sanksi-sanksi tersebut. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG