Tautan-tautan Akses

Ratusan Aktivis Ditangkap dalam Aksi Global Menentang Perubahan Iklim


Aktivis perubahan iklim dari organisasi yang menamakan diri mereka "Extinction Rebellion" melakukan aksi protes di Wall Street Bull di Lower Manhattan, New York, 7 Oktober 2019.
Aktivis perubahan iklim dari organisasi yang menamakan diri mereka "Extinction Rebellion" melakukan aksi protes di Wall Street Bull di Lower Manhattan, New York, 7 Oktober 2019.

Ratusan aktivis lingkungan ditangkap Senin (7/10) di kota-kota di berbagai penjuru dunia, pada awal kampanye global selama dua minggu yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang keadaan darurat iklim. Upaya internasional ini dikoordinasikan oleh Extinction Rebellion, gerakan yang memperjuangkan perlindungan keanekaragaman hayati dengan perlawanan tanpa kekerasan dan pembangkangan secara damai.

Zlatica Hoke dari VOA melaporkan para aktivis menuntut pengurangan emisi karbon secara drastis untuk menghentikan kenaikan suhu global dan dampaknya yang berbahaya.

Di London, para aktivis menempelkan diri ke pagar, dan memblokir lalu lintas di Trafalgar Square. Di Paris mereka menduduki jembatan di seberang Sungai Seine.

Francoise Loiseau, pengunjuk rasa di Paris. Tentang aksi unjuk rasa itu, dia memberikan alasannya.

“Ini jelas tanpa kekerasan. Aksi ini manusiawi. Kami tidak berada di sini dengan senjata, kami di sini sebagai manusia dan kami mengatakan: Kami merupakan satu tubuh dan bersama mereka, kami berada di sini untuk mengatakan ‘hadapi kebenaran, katakan kebenaran kepada semua orang dan kemudian orang mungkin akan menerimanya dan melakukan upaya yang harus mereka lakukan untuk bertahan hidup.’”

Di Berlin dan Amsterdam, para pemrotes memadati jalan-jalan pusat kota untuk mengganggu kelancaran lalu lintas. Ratusan orang ditangkap di seluruh dunia karena menolak perintah untuk pindah.

Di Kota New York, para aktivis mendapat masalah karena menyiram patung Charging Bull (Banteng Marah) di Wall Street dengan darah palsu. Para pemrotes yang berdarah-darah palsu menggelar aksi dengan badan terkapar seakan tak bernyawa di sekitar patung itu, memegang batu nisan, sementara seorang aktivis naik sebentar ke atas patung banteng itu dan mengibarkan bendera organisasi mereka. Organisasi bernama Extinction Rebellion itu mengatakan tangan komunitas keuangan Wall Street berdarah karena mementingkan keuntungan di atas kesehatan planet ini.

Sebagian aksi diadakan dengan lebih ceria. Dua wanita menikah di jembatan terkenal di London, Westminster Bridge, mengucapkan janji pernikahan mereka di atas Sungai Thames, dengan jumlah besar massa pendukung yang menyaksikannya.

Aksi demo aktivis lingkungan "Extinction Rebellion" di Trafalgar Square, London, Inggris, 7 Oktober 2019.
Aksi demo aktivis lingkungan "Extinction Rebellion" di Trafalgar Square, London, Inggris, 7 Oktober 2019.

Extinction Rebellion, atau XR, memperoleh ketenaran pada bulan April ketika gerakan itu mengganggu lalu lintas di pusat kota London selama 11 hari. Gerakan itu terus berkembang sejak saat itu dan para aktivis menuntut agar emisi karbon dikurangi menjadi nol pada tahun 2025 sebagai bagian dari program darurat untuk menghentikan musnahnya keanekaragaman hayati. Kampanye XR tidak menentukan tindakan apa yang mesti dilakukan untuk mencapai tujuan.

Carola Rackete, aktivis Extinction Rebellion di Jerman, memberikan alasan mengenai tiadanya penentuan tindakan atau langkah tersebut.

“Extinction Rebellion tidak akan pernah membuat proposal kebijakan yang konkret. Kami mengatakan masalah ini harus dikembalikan secara demokratis kepada warga yang kemudian memutuskan langkah-langkah bersama.”

Gerakan ini telah menyebar ke benua-benua lain, termasuk Afrika, Sven Fautley, aktivis di Afrika yang berprofesi sebagai spesialis teknologi informasi memberikan pendapatnya.

"Tidak masalah dari partai mana kita berasal, kita semua ada di planet ini. Kita semua terancam oleh kepunahan ini. Kita harus berjuang bersama. Itulah satu-satunya cara untuk menghadapinya. Kita membutuhkan semua orang,” kata Sven Fautley.

Penyebaran gerakan itu juga sampai di Australia. Helen Round, aktivis iklim di benua kanguru itu beralasan.

“Kita kehabisan waktu dan kita tidak bisa mengandalkan perusahaan-perusahaan dan para politisi pecinta batu bara untuk menyelamatkan kita.”

Demonstrasi yang dilancarkan pada hari Senin itu adalah yang terbaru dari serangkaian acara global baru-baru ini yang menuntut aksi politik untuk mencegah perubahan iklim. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG